Bacaan : Imamat 13:1-8, 45-46
Pada zaman dulu di Israel, ada anggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan; Tuhan mengutuk penderita penyakit tersebut. Itu sebabnya mereka harus disingkirkan dari tengah masyara-kat. Di satu sisi, penyakit itu memang menjijikkan, menular, dan membawa kematian, karena saat itu belum ada obat-obatan seperti sekarang. Namun, tentu tidak benar Tuhan mengutuk. Perintah Tuhan untuk menjauhkan mereka dari masyarakat sesungguhnya adalah demi kebaikan semua orang, termasuk si penderita itu sendiri.Petunjuk rinci mengenai penyakit kusta yang dituliskan dalam Imamat 13, sebenarnya hendak membuktikan bahwa Allah peduli terhadap kehidupan manusia, termasuk penderita kusta. Ada kebiasaan bangsa kafir pada zaman itu, untuk memperlakukan dengan semena-mena setiap orang yang terkena kusta. Tak hanya mengucilkan, tetapi juga memperlakukan mereka layaknya bukan manusia. Dalam konteks seperti inilah Allah memberi peraturan mengenai penyakit kusta. Allah menunjukkan bahwa ada perbedaan antara umat-Nya dengan bangsa kafir. Orang yang berpenyakit kusta dikucilkan bukan hanya agar penyakitnya tak menular ke orang banyak, melainkan juga agar si penderita masuk ke dalam proses penyembuhan dan pemulihan, serta terhindar dari perlakuan semena-mena orang lain. Jadi, apa pun kondisinya, Tuhan tetap memperlakukan manusia sebagai ciptaan yang mulia. Dalam kondisi sakit sekalipun, penghargaan Allah terhadap manusia tidak berubah. Ini sekaligus menjadi pengajaran bagi kita, bagaimana seharusnya kita memperlakukan sesama manusia; kita harus memperlakukan setiap manusia sebagaimana Allah memperlakukan mereka. SEBAB MANUSIA ADALAH CIPTAAN ALLAH YANG TERMULIA CARILAH CARA AGAR KITA DAPAT SELALU MENGHORMATI SESAMA.
Yeox-Yogyakarta, 19 November 2010
Pada zaman dulu di Israel, ada anggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan; Tuhan mengutuk penderita penyakit tersebut. Itu sebabnya mereka harus disingkirkan dari tengah masyara-kat. Di satu sisi, penyakit itu memang menjijikkan, menular, dan membawa kematian, karena saat itu belum ada obat-obatan seperti sekarang. Namun, tentu tidak benar Tuhan mengutuk. Perintah Tuhan untuk menjauhkan mereka dari masyarakat sesungguhnya adalah demi kebaikan semua orang, termasuk si penderita itu sendiri.Petunjuk rinci mengenai penyakit kusta yang dituliskan dalam Imamat 13, sebenarnya hendak membuktikan bahwa Allah peduli terhadap kehidupan manusia, termasuk penderita kusta. Ada kebiasaan bangsa kafir pada zaman itu, untuk memperlakukan dengan semena-mena setiap orang yang terkena kusta. Tak hanya mengucilkan, tetapi juga memperlakukan mereka layaknya bukan manusia. Dalam konteks seperti inilah Allah memberi peraturan mengenai penyakit kusta. Allah menunjukkan bahwa ada perbedaan antara umat-Nya dengan bangsa kafir. Orang yang berpenyakit kusta dikucilkan bukan hanya agar penyakitnya tak menular ke orang banyak, melainkan juga agar si penderita masuk ke dalam proses penyembuhan dan pemulihan, serta terhindar dari perlakuan semena-mena orang lain. Jadi, apa pun kondisinya, Tuhan tetap memperlakukan manusia sebagai ciptaan yang mulia. Dalam kondisi sakit sekalipun, penghargaan Allah terhadap manusia tidak berubah. Ini sekaligus menjadi pengajaran bagi kita, bagaimana seharusnya kita memperlakukan sesama manusia; kita harus memperlakukan setiap manusia sebagaimana Allah memperlakukan mereka. SEBAB MANUSIA ADALAH CIPTAAN ALLAH YANG TERMULIA CARILAH CARA AGAR KITA DAPAT SELALU MENGHORMATI SESAMA.
Yeox-Yogyakarta, 19 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar