Bacaan : Lukas 6:37-38
Seorang tua sedang merenung. "Dulu saya lahir dari keluarga miskin. Ketika melihat orang kaya, saya bertanya-tanya mengapa mereka egois, tidak mau menolong orang miskin memperbaiki masa depan, bahkantak jarang malah memandang rendah? Namun, ketika kemudian saya menjadi kaya setelah bekerja keras, saya merasa orang miskin itu malas, tak mau berinisiatif, maunya ditolong, iri, dan tak pernah berterima kasih?" Pak tua itu menggeleng-geleng menyadari kontradiksi di hati dan perasaannya. Mengapa begini? Tak jarang dalam hidup ini, kita memiliki standar ganda dalam "menakar dan mengukur". Kita kerap menilai orang lain dari "takaran" atau pandangan subjektif kita, dan tak mampu memahami orang lain dari sudut pandang orang itu. Kita kerap menuntut orang lain bersikap dan berbuat seperti yang kita mau, padahal kita sendiri belum tentu melakukan yang sebaliknya. Ketika berbuat salah, kita tak ingin dihakimi. Sebaliknya, ingin dimaafkan dan dibantu keluar dari kesalahan. Ketika membeli, kita menginginkan barang yang berkualitas dengan harga bagus, dan akan sangat marah jika dibohongi. Ketika susah, kita ingin orang lain menolong.
Apabila kita rindu tidak dihakimi, biarlah kita jangan menghakimi. Apabila kita rindu dimaafkan ketika bersalah, biarlah kita jangan menghukum, tetapi mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sebab ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepada kita. Perhatikan ayat 38 "berilah": pengampunan, maaf, kesabaran, kebaikan, pengertian, dukungan, kekuatan, kesempatan, pertolongan. "... dan kamu akan diberi, " demikian sabda Kristus. Mau bukti? Coba terapkan janji Tuhan ini ~Srest~
JALANI HIDUP SEBAGAIMANA KITA HARAP ORANG LAIN JALANI MAKA ITU PULALAH YANG AKAN KITA DAPATI
Seorang tua sedang merenung. "Dulu saya lahir dari keluarga miskin. Ketika melihat orang kaya, saya bertanya-tanya mengapa mereka egois, tidak mau menolong orang miskin memperbaiki masa depan, bahkantak jarang malah memandang rendah? Namun, ketika kemudian saya menjadi kaya setelah bekerja keras, saya merasa orang miskin itu malas, tak mau berinisiatif, maunya ditolong, iri, dan tak pernah berterima kasih?" Pak tua itu menggeleng-geleng menyadari kontradiksi di hati dan perasaannya. Mengapa begini? Tak jarang dalam hidup ini, kita memiliki standar ganda dalam "menakar dan mengukur". Kita kerap menilai orang lain dari "takaran" atau pandangan subjektif kita, dan tak mampu memahami orang lain dari sudut pandang orang itu. Kita kerap menuntut orang lain bersikap dan berbuat seperti yang kita mau, padahal kita sendiri belum tentu melakukan yang sebaliknya. Ketika berbuat salah, kita tak ingin dihakimi. Sebaliknya, ingin dimaafkan dan dibantu keluar dari kesalahan. Ketika membeli, kita menginginkan barang yang berkualitas dengan harga bagus, dan akan sangat marah jika dibohongi. Ketika susah, kita ingin orang lain menolong.
Apabila kita rindu tidak dihakimi, biarlah kita jangan menghakimi. Apabila kita rindu dimaafkan ketika bersalah, biarlah kita jangan menghukum, tetapi mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sebab ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepada kita. Perhatikan ayat 38 "berilah": pengampunan, maaf, kesabaran, kebaikan, pengertian, dukungan, kekuatan, kesempatan, pertolongan. "... dan kamu akan diberi, " demikian sabda Kristus. Mau bukti? Coba terapkan janji Tuhan ini ~Srest~
JALANI HIDUP SEBAGAIMANA KITA HARAP ORANG LAIN JALANI MAKA ITU PULALAH YANG AKAN KITA DAPATI
Lukas 6:37-38
37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar