Bacaan : Yakobus 4:13-17
Nats: Melainkan patutlah kamu berkata, "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu" (Yakobus 4:15 TL)
Dulu saya agak jengah dengan istilah "insya Allah". Bukan saja terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?
"Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya", seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini, istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus (Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya, seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada masa depan.
"Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya. Rencanaku bukan rencanaNya tetapi rencanaNya adalah rencanaku. ~SRh~
JANJI ALLAH: YA DAN AMIN. JANJI MANUSIA: INSYA ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar