Kamis, 26 Juli 2012

"MILIK PUSAKA"


Bacaan : Mazmur 127
Nats: Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan ........ Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. (Mazmur 127:3-4)
Saya merasa sangat beruntung memiliki ibu yang begitu mengasihi saya. Saya sering teringat kisahnya, bahwa ia mendoakan saya sejak saya dalam kandungan sejak mengetahui dirinya hamil. Mendengarnya, saya merasa begitu berharga. Kehadiran saya dirancang baik dan diinginkan. Selain itu, saya mengenal kebenaran Alkitab dari didikan dan disiplin yang diterapkan ayah saya. Melalui doa dan didikan mereka, saya merasakan secara nyata kehadiran Tuhan dalam hidup.
Sikap orangtua saya sama seperti kata Alkitab: anak adalah anugerah, milik berharga karunia Allah, bukan hasil karya ataupun prestasi orangtua. Seperti mata pencarian kita (ayat 2), sia-sialah kita berupaya untuk memperolehnya jika itu tak diberikan kepada kita. Namun, ibarat anak panah (ayat 4), anak perlu dilatih dan diasah sejak kecil agar mencapai sasaran hidupnya. Ada kalanya anak perlu mendapat teguran, bahkan juga hukuman (lihat Amsal 29:15). Jika itu dilakukan, ketika anak dewasa kelak, orangtuanya takkan malu di hadapan musuh (ayat 5). Siapakah musuh kita? Musuh kita bukan lagi dalam pengertian fisik, melainkan rohani, yakni Iblis dan bala tentaranya (lihat Efesus 6:12).
Dengan sikap bagaimanakah kita memandang anak? Bagaikan beban yang merepotkan atau merupakan anugerah Tuhan yang kita syukuri? Menghargai anak bukan saja kewajiban orangtua, melainkan keharusan bagi setiap orang percaya. Dalam bentuk tindakan, kita menghargai anak ketika kita mendidik dan mengajarkan kebenaran kepada mereka membawa mereka mengenal dan mencintai Tuhan sejak dini. ~SRh~
HARGAI ANAK SEBAGAIMANA ALLAH MENGHARGAI MEREKA.

Minggu, 22 Juli 2012

"INSYA ALLAH"


Bacaan : Yakobus 4:13-17
Nats: Melainkan patutlah kamu berkata, "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu" (Yakobus 4:15 TL)
Dulu saya agak jengah dengan istilah "insya Allah". Bukan saja  terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang  ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?
"Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya", seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini, istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus (Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya, seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada masa depan.
"Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya. Rencanaku bukan rencanaNya tetapi rencanaNya adalah rencanaku. ~SRh~
JANJI ALLAH: YA DAN AMIN. JANJI MANUSIA: INSYA ALLAH.

Sabtu, 14 Juli 2012

"HIDUPKU PANCARAN HATIKU"

Bacaan : Amsal 4:20-27
Nats: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23)
Pusat penelitian Wright Air Patterson di Ohio, Amerika Serikat, kabarnya sedang mengembangkan teknologi menerbangkan pesawat terbaru. Para peneliti membuat helm khusus yang dilengkapi alat sensor yang berfungsi menangkapsinyal sinyal di beberapa titik kepala seorang pilot, sehingga pesawat itu dapat diterbangkan melalui kendali pikiran. Jika seorang pilot tak konsentrasi, pesawat akan jatuh menghantam bumi. Oleh karenanya, penting bagi seorang pilot berkonsentrasi dan mengendalikan pikirannya dengan baik.
Kehebatan teknologi ini mengingatkan kita kepada peringatan yang Salomo tulis agar kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan (ayat 23), sebab hati manusia memancarkan kehidupan. Alkitab versi FAYH memberi penjelasan yang gamblang tentang hal ini, yaitu "jagalah hatimu, karena hatimu memengaruhi segala sesuatu dalam hidupmu". Setiap tindakan dan perilaku kita merupakan buah yang tampak dari apa yang ada dalam hati kita. Oleh karena itu, Salomo mengingatkan kita untuk waspada terhadap hal-hal yang mengendalikan hati kita, karena cepat atau lambat apa yang ada di hati kita akan mengendalikan setiap pikiran, tindakan, dan perkataan kita. Hanya ketika hati kita dikendalikan dengan didikan yang baik dan hikmat dari Tuhan, kita akan dimampukan untuk menjalani hidup tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, menjauhkan kaki dari kejahata (ayat 27).
Mari menilik hati. Sudahkah kita menjaganya dengan kewaspadaan? Ataukah dosa yang pegang kendali Arahkanlah perhatian dan telinga kita kepada hikmat yang dari Tuhan (ayat 20) dan menyimpannya dalam hati (ayat 21) sehingga hidup kita dipengaruhi dengan segala kebaikan yang bersumber dari-Nya. ~SRh~

SAAT HATI DIPENUHI KASIH ALLAH DAN PIKIRAN DIPENUHI FIRMAN TUHAN, PERKATAAN BERKAT YANG TEPAT PADA WAKTUNYA AKAN MENGALIR DARI MULUT KITA. (JOHN PIPER)

Jumat, 06 Juli 2012

"MENJADI BERGUNA"

Bacaan : Filemon 1-25
Nats: Aku, Paulus, .............mengajukan permintaan kepadamu [Filemon] mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus. Dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.
(Filemon 9-11).
Saya mau punya gerobak yang lebih besar, " kata seorang anak pemulung ketika ditanya apa cita-citanya. Tampaknya tidak berguna. Namun, ada orang yang memandang anak-anak ini penuh potensi. Penuh harapan, mereka mendirikan sekolah gratis, pusat pelatihan keterampilan kerja, dan rumah baca. Berusaha melebarkan wawasan, meluaskan cita-cita, membuat anak-anak ini jadi lebih berguna.
Onesimus, yang dibicarakan dalam surat Paulus pernah menjadi seorang yang tak berguna, bahkan pikirannya yang sempit membuat ia mengambil jalan pintas yang merugikan sang tuan, dan akhirnya ia meringkuk di penjara (ayat 10, 11, 18). Namun, Tuhan mempertemukannya dengan Paulus. Onesimus ditolong mengenal kebenaran dan menjadi orang yang berguna bagi pekerjaan-Nya (ayat 11, 13). Perhatikan bagaimana Paulus memandang dan menyebut Onesimus: anakku, berguna, buah hatiku, saudara yang kekasih (ayat 10-12, 16). Menurut catatan sejarah, kemungkinan Onesimus membina jemaat Efesus. Bersama Polikarpus, ia dipakai Tuhan mengumpulkan tulisan-tulisan yang kini dikenal sebagai Perjanjian Baru. Sesuatu yang tak terbayangkan oleh Onesimus sebelumnya!
Entah apa yang terlintas di pikiran kita saat melihat orang yang terbatas cita-cita dan kemampuannya, atau berantakan hidupnya. Adakah kita melihat mereka sebagai sesama manusia yang diciptakan menurut gambar Tuhan? Hidup mereka seharusnya mencerminkan kemuliaan Sang Pencipta. Adakah yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka mewujudkannya? Mungkin Anda sendiri yang merasa tidak berguna. Tuhan dapat saja memakai Anda sebagai Onesimus berikutnya. ~SRh~
HIDUP YANG BERGUNA HIDUP YANG MEMEBERIKAN SUKACITA KEPADA SESAMA DAN MENCERMINKAN KEMULIAAN SANG PENCIPTA.